hikmah menjenguk orang sakit

0 Comments


Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja menjenguk orang sakit atau mengunjungi sadaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau telah mendapatkan suatu posisi di surga’ “(HR.Tirmidzi, dari Abu Hurairah r.a).
Menjenguk orang sakit jelas lebih ringan dari bersedekah susu (sebagaimana disebutkan hadits terdahulu, Red.), karena tidak membutuhkan dana atau tenaga yang besar. Kendati ringan, amalan ini dapat mengantarkan pelakunya ke dalam surga sebagaimana di sebutkan pada hadis di atas. Selain balasan surga, Allah swt. juga telah menyediakan balasan pahala yang besar kepada seorang muslim yang menjenguk orang sakit, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pujian dari Allah dan malaika
t
Dalam riwayat di atas menyebutkan, “Maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik.’“ Sedangkan dalam riwayat lain disebutkan, “Maka Allah Ta’ala berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, dan langkahmu adalah langkah yang baik.’” Tidak ada pertentangan antara kedua riwayat ini, karena Allah Ta’ala melontarkan pujian ini, dan sekaligus memerintah malaikat untuk menyerukan pujian yang sama kepada seornag muslim yang menjenguk orang sakit.

2. Shalawat dari 7.000 malaikat 

Rasul SAW bersabda, “Tidak ada seorang Muslim yang menjenguk saudaranya sesama Muslim di pagi hari, melainkan tujuh puluh ribu Malaikat dan bersalawat untuknya hingga sore hari. Jika ia menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat untuknya hingga pagi hari, dan ia akan mendapat taman buah di surga”(HR.Tirmidzi).
3. Dimasukkan ke dalam surga 
Seperti penggalan hadits di atas, “Maka malaikat akan berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau telah mendapat suatu tempat di surga.”
4. Memiliki taman buah di surga 
Seperti penggalan hadis riwayat Tirmidzi, “Dan ia akan mendapat taman buah di surga.” Nabi saw. bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 5: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menyambut undangan, dan mendoakan orang yang bersin” (HR.Bukhari dan Muslim).
Apabila seorang muslim tidak menjenguk saudaranya yang sakit, maka Allah Ta’ala akan menanyakannya pada hari kiamat nanti. Rasulullah saw. bersabda dalam hadits qudsi, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla brfirman pada hari kiamat, ‘Wahai anak Adam, Aku sakit namun kamu tidak mau menjengukKu?’ Sang hamba berkata, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana aku menjengukMu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?’ Ia berfirman, ‘Tidaklah kamu tahu, hambaKu si-fulan sakit, namun kamu tidak menjenguknya, niscaya kamu akan mendapatiKu di sisinya?’”
Allah berfirman (dalam hadits qudsi), “Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu namun kamu tidak mau memberiKu makanan.” Sang hamba berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana memberiMu makanan sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Dia berfirman, “Tidakkah kamu tahu bahwa hambaKu si-fulan telah meminta makanan kepadamu, namun kamu tidak memberinya makanan? Tidakkah kamu tahu, jika kamu memberinya makanan, niscaya kamu akan mendapati makanan itu di sisi Ku?”
Dia berfirman lagi, “Wahai Anak Adam, Aku telah meminta minuman kepadamu, namun kamu tidak mau memberi Ku minuman.” Sang hamba berkata, “Wahai Tuhanku, bagaiman aaku memberiMu makanan sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Dia berfirman, “Tidakkah kamu tahu bahwa hamba Ku si-fulan meminta kepadamu, namun engkau tidak mau memberinya? Tidakkah kamu tahu, jika kamu memberinya, niscaya kamu akan mendapati minuman itu di sisi Ku?” (HR. Muslim).
Adab-adab menjenguk:
- Mengucapkan perkataan yang baik
Agar mendapatkan pahala yang seutuhnya, setiap muslim hendaknya menerapkan adab-adab Islam ketika menjenguk orang sakit. Ia senantiasa mengharapkan kebaikan dan berbicara yang baik-baik, karena malaikat akan senantiasa mengaminkan pekataan yang keluar dari lisan orang-orang yang menjenguk orang sakit.

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kamu mengunjungi orang sakit atau meninggal dunia, maka katakanlah yang baik, karena sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang kamu katakan” (HR. Muslim).
- Memotivasi dan menghiburnya
Hendaknya muslim memberi motivasi kepada orang yang sakit agar tetap bersabar dan ridha dengan qadha dan qadhar Allah, serta tetap mengharapkan kesembuhan kepada Allah Ta’ala. Ibnu Abbas r.a berkata, “Apabila memasuki (kamar) orang yang dijenguknya, Nabi saw. bersabda, ‘Tidak apa-apa, sakitmu ini akan menyucikanmu dari dosa-dosa atas kehendak Allah” (HR. Bukhari).
- Mendoakan kesembuhan 
Seorang muslim hendaknya mendoakan kesembuhan bagi orang yang sakit. Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw. menjenguk sebagian anggota keluarganya lalu mengusapnya dengan tangan kanan seraya berdoa
Allahumma robban naasi adz hibil ba’sa isy fi, antasy syaafi, laa syifaa’a illa syifaa’uka syifaa’an laa yughodiruu aqma ‘Ya Allah Tuhan (yang memelihara) manusia, hilangkanlah penyakitnya dan sembuhkanlah dirinya. Sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit” (HR. Bukhari).
Seorang muslim hendaknya mengajarkan kepada orang yang sakit tentang tata cara berdoa dan me-ruqyah diri sendiri. Abu Abdillah Ustman bin Abil Ash ra pernah mengeluhkan kepada Rasulullah saw suatu penyakit yang dirasakan di sebagian tubuhnya, lalu Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Letakkan tanganmu pada tubuh yang terasa sakit dan ucapkanlah bismillah 3 kali, dan ucapkanlah 7 kali A’uu dzu bi izzatillahi wa qudrotihii min syarrii maa wa uha dzir 
‘Aku berlindung diri dengan kemuliaan Allah dan kekuasaanNya dari keburukan penyakit yang aku rasakan dan yang aku takutkan’”(HR. Muslim).
- Mendakwahi & memberi nasihat
Seorang muslim hendaknya menasihati dan mendakwahi saudara yang sakit menuju kebaikan, dengan cara lemah lembut dan bijaksana. Anas ra berkata, “Seorang pemuda Yahudi yang menjadi pelayan Nabi saw. lalu beliau menjenguknya, lalu duduk di dekatnya seraya bersabda, ‘Masuklah ke Islam.’ Pemuda itu melihat ayahnya yang sedang berada di dekatnya, lalu bapaknya berkata, ‘Turutilah Abul Qasim (Rasulullah saw.).’ Ia pun masuk Islam, lalu Nabi saw. keluar seraya bersabda, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka’”(HR. Bukhari).
- Tidak memaksa makan atau minum
Seorang tidak boleh muslim memaksa orang yang sakit untuk makan dan minum jika ia masih belum berselera untuk makan atau minum demi kesembuhan. Rasul saw. bersabda, “Janganlah kamu memaksa orang-orang yang sakit di antara kamu untuk memakan makanan dan minuman”(HR. Tirmidzi).
- menanyakan keadaan pasien 
Seorang muslim hendaknya menanyakan keadaan orang yang sakit kepada keluarganya. Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a sepulang dari sisi mengunjungi Rasulullah SAW yang sakit beberapa hari sebelum wafat Rasulullah saw. Maka, orang-orang pun bertanya, “Wahai Abu Hasan (julukan Ali, Red.), bagaimana keadaan Rasulullah saw. pagi ini?” Ali menjawab, “Alhamdulillah, pagi ini beliau dalam keadaan sehat”(HR. Bukhari).
Tuntunan bagi yang sedang sakit 
- Boleh menyuguhkan hidangan sekadarnya
Di sisi lain, bagi orang yang sakit hendaknya melakukan beberapa adab. Ia menyuguhkan makanan dan minuman kepada orang-orang yang menjenguknya sesuai dengan kemampuan. Diriwayatkan bahwa sekelompok orang menjenguk Anas ra lalu ia berkata, “Wahai pelayan, suguhkan untuk teman-teman kami meski hanya sekadar buah kurma yang masih mentah, karena aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Kemuliaan akhlak termasuk amalan surga’”(HR. Thabrani).

- Memperbanyak zikir & doa
Hendaknya orang yang sakit memperbanyak zikir. Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah r.a menyaksikan Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang mengucapkanLa ilaha illallah wallahu akbar, Tuhannya akan membenarkan seraya berfirman, ‘Tidak ada Tuhan kecuali Aku dan Aku Mahabesar.” Apabila ia mengucapkan La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu. Allah berfirman, “Tiada tuhan kecuali Aku semata dan tidak ada sekutu bagiKu.’ Apabila ia mengucapkan La ilaha illallah lahul mulku walahul hamdu. Allah berfirman, ‘Tidak ada Tuhan kecuali Aku, bagi Ku kerajaan, dan bagi Ku segala puji.’ Apabila ia mengucapkan La ilaha illallah wala hawla wala quwwata illa billahi. Allah berfirman, ‘Tidak ada Tuhan kecuali Aku, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin-Ku.’ Nabi saw. bersabda, “Siapa saja mengucapkannya pada saat sakit lalu meninggal dunia, maka ia akan meninggal dunia tanpa tersentuh api neraka” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan).
Selain zikir, ia hendaknya memanjatkan doa kesembuhan dan meruqyah diri sendiri. Aisyah ra menuturkan bahwa Rasulullah saw. meruqyah diri sendiri dengan membaca adzhibil ba’sa robban naasi bi yadikasy syifaa’u laa kasyifa lahu illa anta 
‘Hilangkan penyakit, wahai Tuhan (yang memelihara) manusia. Di tangan-Mu terdapat kesembuhan, dan tidak ada yang sanggup menghilangkan penyakit kecuali Engkau” (HR. Muslim).
- Boleh mengungkapkan rasa sakit 
Ketika merasakan sakit, si sakit boleh mengadu selama tidak disertai dengan kebencian terhadap ketetapan Allah Ta’ala. Aisyah ra saat sakit pernah berkata, “Aduh kepalaku.” Lalu Nabi saw. bersabda, “Tetapi ucapkanlah, “Aku dan aduh kepalaku”(HR. Bukhari).
- Terus memohon ampunan Allah swt
Dan ketika merasakan bahwa kondisinya semakin parah dan jauh dari kesembuhan, hendaklah ia memanjatkan doa seperti yang dipanjatkan Rasulullah saw. Aisyah ra menceritakan bahwa Nabi saw. menyandarkan diri kepadanya seraya berdoa
Allohummag firli, war hamni, wa al hiqni bir rofiiqil a’la 
‘Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukanlah aku dengan (Allah) yang Mahatinggi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Aisyah ra juga menuturkan bahwa ia menyaksikan Rasulullah saw. di saat sakit menjelang wafatnya, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam bejana yang berisi air, kemudian mengusap wajahnya dengan air seraya berdoa
Allohumma a’inni ‘ala gomaarotil mauti wa sakarotil maut ‘Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi berbagai kesulitan menjelang kematian dan sakaratul maut”(HR.Tirmidzi).                                                                                                                                     (diolah dari Amalan-amalan Ringan Pembuka Pintu Surga, Fakhruddin Nursyam, Penerbit Uswah [Kelompok Pro-U Media], 2007, Jogja).{}

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar:

Blogger templates